
Ya Allah, masa rumah panti ini harus dijual? Terus anak-anak mau tidur di mana?
Kabar buruk menyelimuti Panti Asuhan Prima Bakti Rumah yang selama ini menjadi surga bagi 124 anak yatim, piatu, dan dhuafa, kini berada di ujung tanduk.
Panti ini sedang dalam kondisi DARURAT. Pihak pengurus sudah kehabisan daya. Biaya operasional panti menembus angka Rp 45 juta setiap bulannya, di mana Rp 30 juta adalah beban cicilan rumah yang harus dibayar agar tidak disita.
Segala cara sudah dilakukan. Pengurus panti bahkan rela menjual motor dan rumah pribadi mereka demi menambal biaya. Namun, lubang kebutuhan terlalu besar. Jika cicilan tak terbayar, rumah ini terancam dijual, dan ratusan anak yatim binaan terancam kehilangan tempat bernaung.
Kondisi keseharian mereka pun sebenarnya jauh dari kata mewah. Di dalam rumah yang terancam sengketa itu, anak-anak harus tidur berdesak-desakan karena hanya tersedia dua kamar tidur yang sempit untuk menampung belasan anak yang menetap. Saat hujan turun, atap kamar seringkali bocor, memaksa mereka terjaga di tengah malam.
Namun hebatnya, di tengah keterbatasan fasilitas dan lauk pauk yang sederhanaseringkali hanya telur mereka tetap tersenyum bahagia dan tidak pernah mengeluh. Bagi mereka, panti ini bukan sekadar bangunan, melainkan benteng terakhir perlindungan mereka dari kerasnya kehidupan jalanan.
Namun, air mata rasanya tak bisa ditahan saat mendengar cerita salah satu anak bernama Sri. Kisah hidupnya begitu menyayat hati karena Sri pernah merasakan pahitnya penolakan berulang kali. Dulunya Sri sempat merasa bahagia karena ada keluarga yang mengadopsinya, namun kebahagiaan itu hanya sementara karena ia akhirnya dikembalikan lagi ke panti.
Mendengar Sri bercerita dengan polos tentang bagaimana ia diserahkan kembali, membuat siapa pun yang mendengarnya merasa tertampar. Bagi Sri, panti ini adalah satu-satunya keluarga yang mau menerimanya dengan tangan terbuka setelah ia dikecewakan oleh harapan semu
Bayangkan ketakutan Sri saat ini. Ia sudah pernah kehilangan orang tua kandung, pernah dkembalikan oleh orang tua angkat, dan kini ia terancam kehilangan rumah panti tempat ia berlindung.
Para Penderma, Jangan Biarkan Mereka Kehilangan Rumah untuk Kedua Kalinya
Anak-anak ini masih bisa tersenyum bahagia meski hanya makan dengan lauk telur. Mereka tak banyak menuntut. Harapan mereka cuma satu: Punya tempat tinggal yang aman.
![]()
Belum ada Fundraiser