Jalan kaki 15 KM. Setiap hari. Sambil pincang.
Itulah yang dilakukan Abah Yusuf (63) setiap hari. Bukan untuk olahraga, tapi untuk mencari nafkah. Ia adalah tukang cukur keliling yang sudah bekerja selama lebih dari 30 tahun. Kakinya pernah patah, dan kini jalannya tidak lagi tegak. Tapi dari pagi hingga malam, Abah tetap membawa alat cukur dan kursi lipatnya, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain demi mencari satu-dua pelanggan yang bersedia mencukur rambut di pinggir jalan.
Penghasilannya tak menentu, kadang hanya 20 ribu per hari—dan itu pun kalau ada pelanggan. Jika tidak, Abah pulang tanpa membawa apa-apa. Beliau tinggal di Bandung, mengontrak bersama lima orang lainnya demi menghemat biaya hidup. Setiap 20 hari sekali, ia menyisihkan penghasilannya untuk dikirim ke istri dan anak-anaknya di kampung halaman, di Garut.
Pernah satu kali, Abah ditipu pelanggan. Orang itu meminta dicukur lalu pergi dengan alasan mengambil uang di ATM, tapi tidak pernah kembali. Abah hanya tersenyum dan kembali bekerja. Ia tidak pernah mengeluh. Bahkan saat harus kehujanan di sore hari atau pulang larut malam karena belum juga dapat pelanggan, Abah tetap kuat melangkah.
“Kalau gak kerja, gak makan,” begitu katanya. Bagi Abah Yusuf, tidak bekerja bukan pilihan. Ia tidak ingin bergantung pada siapa pun. Selama tubuhnya masih bisa digerakkan, ia akan terus mencukur rambut orang-orang yang bersedia memberi sedikit rezeki.
Abah tidak pernah minta banyak. Ia hanya ingin punya perlengkapan cukur yang lebih layak. Kalau bisa, ia bermimpi memiliki kios kecil—agar tak harus lagi berjalan sejauh itu setiap hari sambil memikul nyeri di kakinya yang semakin melemah.
Mari bantu Abah Yusuf hari ini. Di usianya yang tidak muda, beliau masih terus berjuang sendirian. Dengan bantuan kita, Abah bisa memiliki alat kerja yang lebih baik, dan menjalani masa tua dengan lebih tenang dan manusiawi. Donasi hari ini, sekecil apa pun, bisa berarti besar untuk langkah-langkah panjang Abah esok hari.
Belum ada Fundraiser