Perjuangan Lansia Dorong Odong-Odong untuk Bertahan Hidup

Siapa yang tidak tersentuh hati melihat seorang lansia berjuang keliling menjajakan jasa odong-odong demi istrinya yang tercinta?

Abah Engkus, di usia 85 tahun, masih aktif berkeliling puluhan kilometer dengan odong-odongnya. Langkahnya yang gemetar sering kali membuatnya terjatuh, namun Abah tidak pernah menyerah. Selain demi sesuap nasi, Abah harus membayar kontrakan dan memberikan dukungan kepada istrinya.

Kondisi fisiknya yang semakin menurun membuatnya sulit untuk terus bergerak. Kaki Abah bergerak sangat lambat dan bergetar, akibat kecelakaan masa lalu ketika odong-odongnya tertabrak kendaraan. Suatu saat, odong-odongnya bahkan terguling saat anak-anak naik di jalan tanjakan, menambah kesulitan dalam perjalanannya.

Pendapatan sehari-harinya tidak menentu, kadang mencapai Rp50.000, kadang kurang. Jika tidak ada penumpang, Abah harus menahan lapar dan tidak bisa mengirimkan uang untuk istrinya. Ia memulai perjalanannya dari pukul 8 pagi hingga 4 sore, mengemudikan odong-odong yang sudah berumur 75 tahun, dan tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil yang harus dibayar Rp500.000 per bulan.

Meski menghadapi segala kesulitan, Abah Engkus terus menggantungkan harapan dan tidak pernah menyerah. Dengan tekad yang kuat, ia tetap berjalan puluhan kilometer demi keberlangsungan hidupnya dan keluarganya. Mari kita bantu perjuangan Abah Engkus.

Baca selengkapnya ▾