JEMBATAN RAWAN ROBOH! 5000 Warga Desa Terancam Terisolir

Di berbagai pelosok Indonesia, masih banyak jembatan yang berdiri rapuh—terbuat dari bambu, kayu, atau sisa-sisa reruntuhan jembatan lama. Jembatan ini bukan sekadar penghubung antarwilayah, tapi juga penghubung hidup: tempat anak-anak melangkah ke sekolah, warga berangkat bekerja, dan hasil tani berpindah dari desa ke pasar.

Salah satu contohnya adalah Jembatan Leuwi Gandol, yang menghubungkan Desa Nyalindung (Kecamatan Cisewu) dan Desa Mekarmulya (Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut). Dahulu kokoh, kini hanya jembatan darurat dari bambu dan kawat seadanya, dibangun dengan penuh keterbatasan setelah angin puting beliung merobohkan strukturnya. 

Padahal, jembatan ini menopang aktivitas kurang lebih 5.000 kepala keluarga, anak-anak yang berangkat sekolah dan warga yang bekerja. Ketika hujan deras turun, air sungai pasti meluap tinggi hingga menutup akses jembatan. Saat itu terjadi, warga tak punya pilihan selain memutar sejauh 3 kilometer dengan jalan kaki atau naik motor, yang tentu memakan waktu, tenaga, dan biaya ekstra.

Dampaknya bukan hanya soal akses. Desa ini dulu memiliki potensi wisata yang cukup untuk jadi pemasukan warga, namun kini terhenti karena akses jembatan yang tidak memadai. Perekonomian warga pun ikut terdampak menurun.

Jika hari ini kamu bisa berjalan dengan aman di atas jalan yang layak, bayangkan bagaimana jika berada di posisi mereka saat ini?
Mari jadi bagian dari perubahan kecil yang berdampak besar. Bantu wujudkan jembatan yang lebih aman untuk mereka