Namanya Abah Ojang, seorang pria berusia 61 tahun yang hidupnya dipenuhi perjuangan tanpa henti. Setiap hari, ia berkeliling dari pagi hingga petang menjajakan layang-layang yang ia buat sendiri.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Abah berharap ada satu saja layang-layang yang laku terjual. Harga yang ia tawarkan sangat murah, hanya Rp2.000 per layang-layang, namun untuk menjual satu pun rasanya begitu sulit. Setiap hari Abah berjuang, menahan kecewa ketika tidak ada pembeli yang tertarik.
Tidak punya modal, Abah harus mencari bahan dari tempat-tempat sampah. Kardus bekas, kantong plastik, apapun yang bisa ia temukan. Semua bahan tersebut ia bawa pulang, dicuci, dan dibersihkan dengan teliti.
Meski kondisinya sulit, Abah tetap ingin menghasilkan layang-layang yang terbaik, yang mungkin bisa menarik perhatian anak-anak atau pembeli lainnya. Namun, perjuangan tak berhenti di situ. Setiap kali dagangannya tak laku, Abah harus menahan lapar dan haus sepanjang hari, berharap ada rezeki yang datang di keesokan harinya.
Di rumah, Istrinya yang sudah bertahun-tahun mengalami kelumpuhan di salah satu kakinya membuat Abah harus merawatnya dengan penuh kesabaran.
Sang istri tak bisa bergerak bebas, membuat Abah menjadi satu-satunya tulang punggung yang harus mengurus segala kebutuhan keluarga. Pengobatan sang istri pun terbatas, karena pendapatan dari jualan layang-layang Abah tak seberapa.
Seolah belum cukup, Abah masih harus memikirkan bagaimana caranya membayar kontrakan rumah. Setiap bulan, tagihan kontrakan datang dan menjadi beban pikiran. Dengan pendapatan yang tak menentu dari layang-layang, membayar kontrakan adalah tantangan besar.
Teman-teman, yuk kita bantu Abah Ojang agar ia bisa melewati hari-harinya yang penuh perjuangan ini. Klik Tombol Donasi Sekarang!
Belum ada Fundraiser